Senin, 17 Juni 2013

Sangkuriang



Pada zaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga bapaknya.
Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan. Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi mengembara.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi. Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total. Di sana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.
Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan. Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.
Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya ia mengerahkan makhluk-makhluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut. Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota. Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya. Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi.
Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama “Tangkuban Perahu.”

The Jona (Mr. Jo. And The Banana City)


            Banana adalah kota dimana banyak para ilmuan tinggal. Salah satunya adalah Pak Jo. Pak Jo adalah ilmuan yang ahli dalam bidang kesehatan, akan tetapi dalam suatu eksperimennya dia mengalami kegagalan yang berakibat fatal. Pasien yang ditanganinya meninggal karena meminum ramuan yang dia buat. Berita tersebut menyebar luas keseluruh penjuru kota, ini menyebabkan dia tidak dipercaya kembali dan dikucilkan oleh semua orang yang berada di kota tersebut. Pak Jo memutuskan untuk meninggalkan kota dan tinggal di suatu kota terpencil yang jauh dari keramaian publik.
            Hari-hari dia lalui dengan rasa penyesalan, kesedihan dan tanpa semangat hidup. Dia merasa menjadi ilmuan yang tidak berguna dan tidak dapat menolong orang lain. Hari demi hari dia lalui sendiri di kota tersebut, dia mencoba bertahan hidup dengan keadaan yang serba kurang. Dia menyadari bahwa dirinya masih mampu untuk menciptakan suatu penemuan baru yang dapat diandalkan dan dapat membuktikan pada semua orang bahwa dia seorang ilmuan yang jenius.
            Sering kali dia mengalami kegagalan dalam eksperimennya itu, tapi tanpa putus asa dia tetap mencoba hingga dia dapat membuat suatu ramuan yang dia yakini akan mampu untuk membuat kuat setiap orang yang meminumnya. Dia tidak berani menunjukkan pada semua orang tentang ramuan barunya tersebut, dia masih takut dengan masalah yang dulu pernah dia buat. Dia tetap merahasiakan ramuan itu.
            Hingga suatu hari dia berjalan menuju pusat kota tersebut, semua orang membicarakan tentang kota Banana. Dia ingat kota Banana adalah kota yang dulu pernah dia tinggali hingga dia diusir dari kota tersebut. Dia mendengarkan pembicaraan orang tersebut yang mengatakan bahwa kota Banana hancur dijatuhi oleh meteor besar. Semua orang yang berada di kota tersebut kebingungan dengan keadaan yang ada. Semua bangunan-bangunan hancur, jalan raya, jembatan roboh, tidak ada yang dapat mengatasi masalah tersebut.
            Mendengar hal tersebut, Pak Jo merasa sangat sedih, dia ingin sekali membantu apapun yang dapat dia lakukan. Dalam perjalanan pulang menuju rumahnya dia memikirkan ramuan yang telah dibuat. Dia berfikir untuk meminumnya sendiri, berharap dengan hal tersebut eksperimennya akan berhasil dan dia dapat menjadi seseorang yang kuat. Sesampainya di rumah Pak Jo langsung memperhatikan ramuannya itu. Tanpa berfikir panjang, Pak Jo segera meminumnya. Tiba-tiba saja terjadi perubahan dalam dirinya, tubuhnya berubah seperti semen cair, sedikit demi sedikit menetes bila terkena air. Dia bingung dengan keadaan tersebut, dia menyesal dan berfikir bahwa penemuannya itu gagal kembali.
            Saat itu dia berjalan-jalan kembali menuju pusat kota, dia bertemu dengan teman lama yang juga seorang ilmuan yang dulu berniat akan menghancurkannya. Dia menertawakan Pak Jo, dan mengatakan bahwa Pak Jo tidak berguna, Pak Jo hanya orang gila yang mencoba menjadi ilmuan. Seketika itu juga amarah Pak Jo mulai meluap, terjadi pertikaian antara keduanya. Pria itu tidak dapat mengalahkan Pak Jo, berkat ramuan yang dia minum, kini Pak Jo menjadi lelaki kuat dan tidak terkalahkan.
            Tiba-tiba muncul bayangan di pikirannya tentang kehancuran yang akan terjadi lagi di kota Banana, ada seseorang yang berusaha akan menguasai kota Banana. Pikirannya dapat membaca kejadian apa yang akan terjadi dimasa datang. Seketika dia bergegas pergi ke kota Banana dan menghalang keinginan buruk orang tersebut untuk menguasai kota Banana.
            Setelah sampai di kota tersebut, sudah berjejer robot-robot yang menghancurkan sisa bangunan yang masih berdiri. Semua penguasa tertawa, dan penduduk Banana menangis tidak dapat berbuat apapun, hanya bisa dikuasai oleh mereka. Melihat hal tersebut, keinginan Pak Jo untuk melawan mereka semakin kuat. Perlahan Pak Jo menghancurkan robot-robot itu, hingga dia berhasil menyelamatkan kota Banana kembali. Pak Jo mencoba merubah dirinya menjadi semen dan memperbaiki semua jalan, jembatan, bangunan yang rusak.
            Kini kehidupan di kota Banana kembali normal, berkat kehadiran Pak Jo kembali yang menyelamatkannya. Lalu lintas perkotaan sudah berjalan lancar, gedung-gedung yang rusak kini berdiri kembali. Penduduk Banana menyadari kehebatan dan kejeniusan Pak Jo, sehingga Pak Jo diterima kembali di kota tersebut dan hidup bahagia.

Biografi Tokoh " W.S. Rendra "



A.       Identitas Pengarang
W.S. Rendra (Willibrordus Surendra Broto Rendra), lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935 – meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak".
W.S. Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional. Sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta.
Pada usia 24 tahun, ia menemukan cinta pertama pada diri Sunarti Suwandi. Dari wanita yang dinikahinya pada 31 Maret 1959 itu, Rendra mendapat lima anak yaitu Teddy Satya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Klara Sinta. Satu di antara muridnya adalah Bendoro Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat, putri darah biru Keraton Yogyakarta, yang bersedia lebur dalam kehidupan spontan dan urakan di Bengkel Teater. Tugas Jeng Sito, begitu panggilan Rendra kepadanya, antara lain menyuapi dan memandikan kelima anak Rendra-Sunarti.
Dengan ditemani Sunarti, Rendra melamar Sito untuk menjadi istri kedua, dan Sito menerimanya. Dia dinamis, aktif, dan punya kesehatan yang terjaga, tutur Sito tentang Rendra, kepada Kastoyo Ramelan. Satu-satunya kendala datang dari ayah Sito yang tidak mengizinkan putrinya, yang beragama Islam, dinikahi seorang pemuda Katolik. Tapi hal itu bukan halangan besar bagi Rendra. Ia yang pernah menulis litani dan mazmur, serta memerankan Yesus Kristus dalam lakon drama penyaliban Cinta dalam Luka, memilih untuk mengucapkan dua kalimat syahadat pada hari perkawinannya dengan Sito, 12 Agustus 1970, dengan saksi Taufiq Ismail dan Ajip Rosidi.
Peristiwa itu tak pelak lagi, mengundang berbagai komentar sinis seperti Rendra masuk Islam hanya untuk poligami. Terhadap tudingan tersebut, Rendra memberi alasan bahwa ketertarikannya pada Islam sesungguhnya sudah berlangsung lama. Terutama sejak persiapan pementasan Kasidah Barzanji, beberapa bulan sebelum pernikahannya dengan Sito. Tapi alasan yang lebih prinsipil bagi Rendra, karena Islam bisa menjawab persoalan pokok yang terus menghantuinya selama ini yaitu kemerdekaan individual sepenuhnya.
“ Saya bisa langsung beribadah kepada Allah tanpa memerlukan pertolongan orang lain. Sehingga saya merasa hak individu saya dihargai, “ katanya sambil mengutip ayat Quran, yang menyatakan bahwa Allah lebih dekat dari urat leher seseorang. Toh kehidupannya dalam satu atap dengan dua istri menyebabkan Rendra dituding sebagai haus publisitas dan gemar popularitas. Tapi ia menanggapinya dengan ringan saja.
Suatu hari ia menjamu seorang rekannya dari Australia di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta. Ketika melihat seekor burung merak berjalan bersama dua betinanya, Rendra berseru sambil tertawa terbahak-bahak, “Seperti itulah saya,” tutur Rendra spontan. Sejak itu, julukan “ Burung Merak ” melekat padanya hingga kini. Dari Sitoresmi, ia mendapatkan empat anak yaitu Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi, dan Rachel Saraswati.
Sang Burung Merak kembali mengibaskan keindahan sayapnya dengan mempersunting Ken Zuraida, istri ketiga yang memberinya dua anak yaitu Isaias Sadewa dan Maryam Supraba. Tapi pernikahan itu harus dibayar mahal karena tak lama sesudah kelahiran Maryam, Rendra menceraikan Sitoresmi pada 1979, dan Sunarti pada tahun 1981.
B.       Pendidikan
1)     TK Marsudirini, Yayasan Kanisius.
2)     SD s/d SMU Katolik, St. Yosef, Solo - Tamat pada tahun 1955.
3)     Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta - Tidak tamat.
4)     Mendapat beasiswa American Academy of Dramatical Art (1964 - 1967).

C.           Beberapa karya
Drama:
o   Orang-orang di Tikungan Jalan (1954)
o   Bib Bob Rambate Rate Rata (Teater Mini Kata) – 1967
o   SEKDA (1977)
o   Selamatan Anak Cucu Sulaiman (dimainkan 6 kali)
o   Mastodon dan Burung Kondor (1972)
o   Hamlet (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)- dimainkan dua kali
o   Macbeth (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)
o   Oedipus Sang Raja (terjemahan dari karya Sophokles, aslinya berjudul "Oedipus Rex")
o   Lysistrata (terjemahan)
o   Odipus di Kolonus (Odipus Mangkat) (terjemahan dari karya Sophokles,
o   Antigone (terjemahan dari karya Sophokles,
o   Kasidah Barzanji (dimainkan 2 kali)
o   Perang Troya Tidak Akan Meletus
o   Lingkaran Kapur Putih
o   Panembahan Reso (1986)
o   Kisah Perjuangan Suku Naga (dimainkan 2 kali)
o   Shalawat Barzanji
o   Sobrat

Kumpulan Sajak/Puisi:

o   Ballada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
o   Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta!
o   Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
o   Blues untuk Bonnie
o   Empat Kumpulan Sajak
o   Sajak-sajak Sepatu Tua
o   Mencari Bapak
o   Perjalanan Bu Aminah
o   Nyanyian Orang Urakan
o   Pamphleten van een Dichter
o   Potret Pembangunan Dalam Puisi
o   Disebabkan Oleh Angin
o   Orang Orang Rangkasbitung
o   Rendra: Ballads and Blues Poem
o   State of Emergency
o   Jangan Takut Ibu
o   Rick dari Corona
o   Nyanyian Angsa
o   Pesan Pencopet kepada Pacarnya
o   Perjuangan Suku Naga
o   Rumpun Alang-alang
o   Surat Cinta
o   Sajak Rajawali
o   Sajak Seonggok Jagung


C.       Penghargaan
o   Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Yogyakarta (1954)
o   Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956)
o   Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970)
o   Hadiah Akademi Jakarta (1975)
o   Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976)
o   Penghargaan Adam Malik (1989)
o   The S.E.A. Write Award (1996)
o   Penghargaan Achmad Bakri (2006).

D.           Pengalaman
o   Mengikuti festival The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979)
o   Mengikuti festival The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985)
o   Mengikuti festival Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985)
o   Mengikuti festival The First New York Festival Of the Arts, Spoleto Festival, Melbourne (1988)
o   Mengikuti festival Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989)
o   Mengikuti festival World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992)
o   Mengikuti festival Tokyo Festival (1995).
o   Mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard.
o   Mengikuti acara penutupan Festival Ampel Internasional

E.            Rendra sebagai sastrawan
WS Rendra mencurahkan sebagian besar hidupnya dalam dunia sastra dan teater. Menggubah sajak maupun membacakannya, menulis naskah drama sekaligus melakoninya sendiri, dikuasainya dengan sangat matang. Sajak, puisi, maupun drama hasil karyanya sudah melegenda di kalangan pecinta seni sastra dan teater di dalam negeri, bahkan di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India.
Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Saat itu ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat.
Ia petama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an.
"Kaki Palsu" adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika ia di SMP, dan “Orang-Orang di Tikungan Jalan” adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Pada saat itu ia sudah duduk di SMA. Penghargaan itu membuatnya sangat bergairah untuk berkarya. Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989), berpendapat bahwa dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.
Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya , tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah setempat.
Sekembalinya dari Amerika pada tahun 1967, pria tinggi besar berambut gondrong dengan suara khas ini mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta dan memberi suasana baru dalam kehidupan teater di tanah air. Memimpin Bengkel Teater, menulis naskah, menyutradarai, dan memerankannya, dilakukannya dengan sangat baik.
Karya-karyanya yang berbau protes pada masa aksi para mahasiswa sangat aktif di tahun 1978, membuat pria bernama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra, ini pernah ditahan oleh pemerintah berkuasa saat itu. Demikian juga pementasannya, ketika itu tidak jarang dilarang dipentaskan. Seperti dramanya yang terkenal berjudul SEKDA, Mastodon dan Burung Kondor dilarang untuk dipentaskan di Taman Ismail Marzuki. Kelompok teaternya pun tak pelak sukar bertahan. Untuk menanggulangi ekonominya Rendra hijrah ke Jakarta, lalu pindah ke Citayam, Cipayung, Depok, Jawa Barat.
Bengkel teater ini berdiri di atas lahan sekitar 3 hektar yang terdiri dari bangunan tempat tinggal Rendra dan keluarga, serta bangunan sanggar untuk latihan drama dan tari. Di lahan tersebut tumbuh berbagai jenis tanaman yang dirawat secara asri, sebagian besar berupa tanaman keras dan pohon buah yang sudah ada sejak lahan tersebut dibeli, juga ditanami baru oleh Rendra sendiri serta pemberian teman-temannya. Puluhan jenis pohon antara lain, jati, mahoni, ebony, bambu, turi, mangga, rambutan, jengkol, tanjung, singkong dan lain-lain.
Di samping karya berbau protes, Rendra  juga sering menulis karya sastra yang menyuarakan kehidupan kelas bawah seperti puisinya yang berjudul Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta dan puisi Pesan Pencopet Kepada Pacarnya. Banyak karya-karyanya yang sangat terkenal, seperti Blues untuk Bonnie, Pamphleten van een Dichter, State of Emergency, Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api, Mencari Bapak.
Bahkan di antara sajak-sajaknya ada yang sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris seperti Rendra: Ballads and Blues: Poems oleh Oxford University Press pada tahun 1974. Demikian juga naskah drama karyanya banyak yang telah dipentaskan, seperti Oedipus Rex, Kasidah Barzanji, Perang Troya Tidak Akan Meletus, dan lain sebagainya.
Oleh karena karya-karyanya yang begitu gemilang, Rendra beberapa kali pernah tampil dalam acara bertaraf internasional. Sajaknya yang berjudul Mencari Bapak, pernah dibacakannya dalam acara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-118 Mahatma Gandhi pada 2 Oktober 1987, di depan para undangan The Gandhi Memorial International School Jakarta. Beliau juga pernah ikut serta dalam acara penutupan Festival Ampel Internasional 2004 yang berlangsung di halaman Masjid Al Akbar, Surabaya, Jawa Timur, 22 Julai 2004. Ketika itu penampilannya mendapat perhatian dan sambutan yang sangat hangat dari para undangan. Demikianlah salah satu contohnya ia secara langsung telah berjasa memperkenalkan sastra Indonesia ke mata dunia internasional.
Sejak tahun 1977 ketika ia sedang menyelesaikan film garapan Sjumanjaya, "Yang Muda Yang Bercinta" ia dicekal pemerintah Orde Baru. Semua penampilan di muka publik dilarang. Ia menerbitkan buku drama untuk remaja berjudul "Seni Drama Untuk Remaja" dengan nama Wahyu Sulaiman. Tetapi di dalam berkarya ia menyederhanakan namanya menjadi Rendra saja sejak 1975.

F.            Penelitian tentang karya Rendra
Profesor Harry Aveling, seorang pakar sastra dari Australia yang besar perhatiannya terhadap kesusastraan Indonesia, telah membicarakan dan menerjemahkan beberapa bagian puisi Rendra dalam tulisannya yang berjudul “A Thematic History of Indonesian Poetry: 1920 to 1974”. Karya Rendra juga dibicarakan oleh seorang pakar sastra dari Jerman bernama Profesor Rainer Carle dalam bentuk disertasi yang berjudul Rendras Gedichtsammlungen (1957—1972): Ein Beitrag Zur Kenntnis der Zeitgenossichen Indonesischen Literatur. Verlag von Dietrich Reimer in Berlin: Hamburg 1977.

G.           Kepergian Rendra
Penyair ternama WS Rendra atau lebih terkenal dengan panggilan ‘Burung Merak’ meninggal dunia pada usia 74 tahun di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Depok, Jawa Barat, pukul 10 malam Kamis 6 Agustus 2009. Penyair dan pelakon drama yang nama lengkapnya Wahyu Sulaiman Rendra meninggalkan 11 orang anak hasil dari tiga pernikahannya.
Rendra terkenal dengan sajak-sajaknya yang penuh dengan sindiran dan kritikan cukup mahir memainkan emosi penonton ketika melakukan pertunjukan. Beliau yang lebih akrab dipanggil Willy mencurahkan sebagian besar hidupnya terhadap dunia sastra dan teater. Menggubah serta mendeklamasi puisi, menulis skrip serta bermain drama merupakan kemahirannya yang tidak ada bandingan. Hasil seni dan sastra yang digarap cukup dikenali oleh peminat seni dalam maupun dari luar negeri.
Meskipun sudah terkenal, ternyata masih banyak keinginan WS Rendra yang belum dipenuhi dan semua direkamkan dalam sebuah puisi yang dibuatnya beberapa hari sebelum Si Burung Merak tersebut menghembuskan nafasnya yang terakhir. “Dia meninggalkan satu puisi, puisi itu menyebutkan bahawa masih banyak keinginannya tetapi dia tidak mampu. Jadi semangat masih ada tapi dia tidak mampu mengatasi situasi dirinya yang semakin lemah,” kata salah seorang sahabat Rendra, sastrawan Jose Rizal Manua. Puisi itu dibuat Rendra ketika masih dirawat di rumah sakit dan puisi tersebut disampaikan oleh salah seorang anak perempuan Rendra.
Kini dunia seni kehilangan sosok Rendra, tetapi Si Burung Merak itu akan terus menjadi inspirasi kepada generasi muda pencinta seni.
Puisi Terakhir WS Rendra
Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal
Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar
Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi
Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah
Tuhan, aku cinta padamu

II.      Hal-hal yang menarik dari tokoh W.S Rendra

1.    W.S Rendra menjadikan sebuah seni untuk menyampaikan kritikan-kritikannya atau protes yang kebanyakan bertema sosial.
2.    Sikap W.S Rendra yang kritis membuktikan kepeduliannya terhadap masalah-masalah kemanusiaan, nilai budaya dan lingkungan yang mendalam.
3.    memiliki kepedulian sosial yang tinggi dan mimpi indah Indonesia kedepan dengan rakyat yang makmur.Hal itu tergambar dari karya dan puisi-puisi-nya yang banyak berisi kritik sosial, diantaranya puisinya di hadapan mahasiswa Universitas Indonesia 1 Desember 1977
4.    W.S Rendra tidak menguasai satu bidang pengetahuan saja, tetapi ia juga menguasai bidang yang lain.
5.    W.S Rendra terus berusaha menjadi yang terbaik walaupun dia tidak menyelesaikan kuliahnya, tetapi ia terus memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, sehingga pada akhirnya ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA).
6.    W.S. Rendra mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri yang berbeda dengan sastrawan lain.

III.     Hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh WS Rendra
1.      W.S. Rendra merupakan sastrawan yang sangat kreatif. Tampak dari karya-karyanya yang banyak diberi penghargaan.
2.      Sastrawan yang punya keinginan untuk maju, pantang menyerah dan pekerja keras. Terbukti dari karya-karyanya yang mendapat penghargaan hingga ia mendapat beasiswa untuk belajar ke American Academy of Dramatical Art, New York, Amerika. Ia juga mendapat kesempatan untuk mengadakan seminar di Universitas Harvard atas permintaan pemerintah setempat.
3.      Berjiwa seni tinggi terutama pada seni teater.
4.      Beliau adalah pengkritik yang mempedulikan lingkungannya. Terlihat dari karya-karyanya yang dilarang pemerintah saat itu
5.      Memperhatikan keadaan masyarakat kelas bawah akibat keterpurukan ekonomi lewat puisinya Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta dan puisi Pesan Pencopet Kepada Pacarnya
6.      W.S. Rendra adalah seorang sastrawan yang serba bisa. terbukti dari berbagai bakat yang ia bisa selain menulis puisi yaitu membacakan puisi, mementaskan drama, membuat cerpen, membuat buku, pemimpin Bengkel Teater, menulis naskah, dan sutradara. 

Kamis, 06 Juni 2013

EIFFEL . . . I’M IN LOVE


EIFFEL . . . I’M IN LOVE
Oleh     : Rachmania Arunita
     Sinopsis
Tita adalah seorang anak dari 2 bersaudara. Tita mempunyai kakak bernama Alan. Usia Tita kini 15 tahun.  Saat-saat remaja yang indah bagi anak seusianya. Tetapi berbeda dengan remaja pada umumnya, Tita adalah seorang remaja yang menghabiskan masa remajanya di rumah saja karena mamanya yang over protektif. Suatu hari Tita meminta izin untuk pergi ke mall dengan teman-temannya. Tetapi mamanya tidak mengizinkan Tita untuk pergi karena mamanya tidak ingin terjadi hal-hal buruk padanya. Tita tidak boleh pergi jalan-jalan hingga usianya 20 tahun. Tita sebenarnya sudah mempunyai pacar bernama Ergi. Mereka sudah berpacaran backstreet selama 2 tahun tetapi mereka belum pernah jalan bersama. Tita sudah mencoba berulang kali mencari alasan untuk bisa jalan dengan Ergi. Tetapi usahanya sia-sia.
Suatu hari Tita disuruh Papa-Mamanya menjemput teman orang tua mereka yang datang dari Perancis di bandara. Alan berkata bahwa mungkin Tita akan dijodohkan dengan anak teman orangtuanya itu yaittu Om Reza dengan anaknya bernama Adit. Mendengar hal tersebut Tita tertawa lebar,Tita tahu bahwa itu hanya lelucun. Disaat itu Ananda sedang menelfon Tita. Ananda adalah Sahabat Tita sekaligus teman sebangku Tita. Ananda memang sering mentelpon Tita sekedar untuk menanyakan keadaan Alan. Nanda naksir berat dengan Alan. Tita juga sering curhat dengan Nanda. Kali ini Tita juga menceritakan tentang kedatangan Adit pada Nanda. Nanda kemudian menebak bahwa Tita akan dijodohkan dengan Adit. Mendengar hal tersebut Tita menjadi berfikir tentang perjodohan tersebut. Apakah benar Tita akan dijodohkan dengan Adit ? Lalu Ergi bagaimana nasibnya ?
Keesokan harinya menjemput Adit dan Om Reza di bandara. Sudah 3 jam Tita menunggu kedatangan Om Reza dan Adit. Tita sudah mulai bosan dan jenuh. Lalu Tita mengeluarkan walkman dan menyetel radio acara kesukaannya “ Tisam “ atau “ Titip Salam “ . saat sedang asyik mendengarkan radio, Tita sangat kaget ketika mendegar apa yang dikatakan Fara di radio. Fara mengatakan bahwa Tita sedang menjemput calon suaminya dari Perancis di bandara. Setelah Fara, Ergi pun ikut-ikutan menelfon di radio. Ergi ingin bertanya apakah semua gosip tentang Tita mau dijodohkan itu benar atau tidak. Bahkan ada gosip yang beredar bahwa Tita hamil dengan Ergi yang menyebabkan Tita menikah.  Setelah itu, pembawa acara memutar lagu kesukaan Tita. Tita tidak seceria biasanya saat mendengarkan lagu tersebut. Tita gelisah dan bingung bagaimana teman-teman Tita bisa tau tentang Adit.
Sesaat, lamunannya terganggu oleh suara sopirnya yang menyuruh Tita menanyakan ke Papa Tita mengapa Om Reza tak kunjung datang.  Setelah mentelpon Papanya, Tita baru sadar bahwa Tita menunggu di tempat yang salah. Dengan terburu-buru, Tita menuju tempat Om Reza yang dimaksud oleh Papa. Tiba-tiba Tita menabrak seseorang yang tidak lain tidak bukan adalah Adit. Saat pertemuan pertamanya itu, Adit langsung marah-marah ke Tita karena baju Adit basah terkena minuman yang dibawanya ditambah lagi Adit sudah menunggu selama 2 jam. Sikap Adit yang Jutek, pemarah , angkuh, judes, dan cuek bertolak belakang sekali dengan Om Reza yang baik, ramah dan penyabar. Om Reza tidak henti-hentinya mengajak Tita mengobrol hingga sampai di rumah Tita. Sesampainya di rumah, kedatangan Om Reza dan Adit disambut baik oleh keluarga Tita.
Saat Tita di bandara tadi, ternyata Ergi dan Nanda telpon ke rumah. Kemudian Tita mentelpon Nanda dan marah – marah karena dia menceritakan soal Adit ke teman-teman Tita. Selain itu, Tita juga menanyakan PR tadi pagi ke Nanda. Setelah selesai mentelpon Nanda, Tita langsung mengerjakan PR Fisika nomor 1-50 essay hingga larut malam. Saat Tita ingin mentelpon Ergi ke bawah Tita tidak sengaja mendengar pembicaraan Adit bahwa dia akan dijodohkan dengan Tita. Tita semakin penasaran mendengar hal tersebut. Kemudian Tita mengintip lewat lubang kunci untuk memastikan apakah Om Reza ada di dalam atau tidak. Baru sebentar ia membungkuk, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Adit keluar. Kemudian Adit memarah-marahi Tita lagi. Kemudian Tita kembali ke kamarnya . Tita tidak bisa membayangkan kalau Adit menjadi suami Tita nanti. Hilang sudah cita-cita Tita untuk mendapatkan cowok yang tampan, tinggi, hangat, ramah, pengertian dan baik.
Keesokan harinya, Tita menjadi pemurung dan pendiam. Tita tidak semangat untuk pergi keluar kelas. Tetapi Fara tetap bersikeras untuk mengajak Tita ke kantin. Dengan terpaksa, Tita menuruti Fara. Fara merupakan teman akrab yang satu kelas dengan Tita. Fara dulunya suka dengan Ergi, tetapi Fara kesal karena Ergi lebih memilih Tita daripada Fara. Kini Fara tak lagi kesal dengan Tita. Fara merupakan cewek yang cukup popular di sekolah. Dia banyak kenal anak kelas 3. Saat Tita dan Fara melewati segerombolan anak kelas 3 yang nongkrong di kantin, Tita mendengar gosip-gosip yang buruk tentang Tita. Mendengar hal tersebut, Tita berlari meninggalkan kantin sambil menangis. Tiba-tiba Tita menabrak seseorang yakni Ergi. Kemudian Tita menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara Tita dan Adit di kelas Tita. Setelah selesai, Ergi kembali ke kelasnya. Tak sengaja Tita melihat Fara yang tak henti-hentinya memandangi Ergi.
Setelah itu, Uni menghampiri Tita dan mengageti Tita. Uni menanyakan kepada Tita secara langsung apakah benar gosip yang beredar tersebut. Kemudian Tita menjelaskan panjang lebar apa yang sebenarnya terjadi antara Tita dengan Adit. Uni memutuskan untuk mampir ke rumah Tita saat pulang sekolah nanti untuk melihat sosok Adit itu. Sesampainya di rumah, Tita dan Uni langsung ke kamar Tita yang berada di atas. Setelah Uni menaruh tas, Uni lalu ke kamar mandi. Tak sengaja ia bertemu dengan cowok yang tampan dan keren. Uni seperti cacing kepanasan melihat sosok tersebut yang super tampan. Kemudian Uni memberitahukannya kepada Tita. Lalu Tita dan Uni mengecek kembali ke kamar mandi. Tita semakin penasaran dengan sosok yang diceritakan Uni tadi. Karena penasaran, Tita lalu mengintip lewat lubang kunci kamar mandi. Tiba-tiba pintu terbuka. Ternyata sosok yang dilihat Uni tadi adalah Adit. Tita menjadi salah tingkah karena kepergok sedeng mengintip Adit. Buru-buru tita kembali ke kamarnya.
Setelah di kamar, Uni bertanya tentang Adit pada Tita. Uni sangat mendukung apabila Tita dijodohkan dengan Adit. Lebih-lebih Uni menyuruh Tita untuk putus dengan Ergi. Saat Uni ingin pulang, Mama Tita menyuruh Tita untuk mengantar Adit jalan-jalan membeli oleh-oleh untuk teman-teman Adit yang ada di Perancis. Spontan Uni mengatakan kalau ia bersedia untuk mengantarkan Adit membeli oleh-oleh bersama dengan Tita. Dengan terpaksa, Tita menuruti kemauan Mamanya. Lalu Tita dan uni ganti baju. Tita membantu merapikan dandanan Uni. Kemudian mereka turun ke bawah. Tita yang kebingunan mencari Adit di bawah, dengan senang hati Uni membantu Tita, ia mencari Adit di atas. Saat Uni bertemu Adit, Uni lalu berkenal dengan Adit. Adit yang mengetahui kalau Uni teman dekat Tita, ia lalu meminta sesuatu bantuan pada Uni. Setelah selesai berbicara, Adit dan Uni turun kebawah langsung naik mobil kemudian berangkat.
Sesampainya di mall, Adit sibuk memilih-milih barang dengan Uni. Mereka berdua terlihat akrab sekali. Sesekali Tita merekomendasikan barang pada Adit, tetapi Adit menghiraukannya. Setelah itu, Uni ke kamar mandi. Disaat itu Tita lalu menanyakan apa yang didengarnya tempo lalu tentang pembicaraan Adit di kamar mengenai perjodohan ia dan Tita. Dengan santainya Adit membenarkan perkataannya waktu itu. Tita tidak terima dengan perjodohan tersebut, karena Tita sudah mempunyai Ergi. Tita memuji-muji Ergi di depan Adit. Karena Adit tidak mau kalah, Adit mengajak Tita untuk double date agar Tita tau bahwa pacar Adit lebih perfect daripada pacar Tita. Tita setuju dengan ajakan Adit tersebut dan mengusulkan untuk pergi ke acara kembang api di taman kota. Saat di bawah, Uni tidak sengaja melihat Ergi bersama seseorang. Lalu Uni memberitahukannya ke Tita. Untuk memastikannya Tita turun ke lantai 1 mall tersebut, teryata apa yang dikatakan Uni benar. Dalam perjalanan pulang, Tita masih memikirkan apa yang dilihatnya tadi. Apakah benar itu Ergi ? Apakah Ergi jalan dengan Farah ?
Sesampainya di rumah Tita lalu mentelpon Nanda dan curhat tentang Ergi tadi. Tita juga memberitahukan PR tadi pagi pada Nanda karena Nanda tadi tidak masuk sekolah. Kemudian Tita mentelpon Ergi untuk memastikan perempuan apa yang dilihatnya tadi. Ternyata Ergi berbohong. Lalu Ergi meminta tolong pada Tita untuk titip absen tidak masuk karena ia akan mengikuti tes LIA. Keesokan harinya, Tita ke kelas Ergi untuk menyampaikan pesan dari Ergi tadi malam. Tita bertemu dengan ketua kelas Ergi yang bernama Mita. Mita menyuruh Tita untuk jangan pulang dulu setelah pulang sekolah nanti. Setelah itu Tita kembali ke kelas lagi. Saat di kelas, Nanda lalu memberikan surat pada Tita dari anak kelas 3. Setelah membaca suratnya, ternyata itu adalah surat cinta dari seseorang yang bernama Surya. Nanda yang penasaran dengan surat tersebut, lalu menanyakannya pada Tita. Saat Nanda tau bahwa itu surat cinta, Nanda tertawa terbahak-bahak karena tidak berani mengatakannya secara langsung.
Kemudian Tita menceritakan pembicaraan Mita tadi kepada Nanda. Nanda tidak mau campur tangan dengan urusan Tita yang satu ini. Karena kesal dengan sikap Nanda, Tita lalu keluar kelas untuk menghirup udara segar. Tita yang melihat Fara di luar lalu menyapanya. Lalu Fara ingin berbicara serius dengan Tita. Fara menyuruh Tita untuk putus dengan Ergi tanpa alasan yang jelas. Mendengar perkataan Fara tersebut, Tita menjadi emosi dan menjawab perkataan Fara bahwa Tita akan putus dengan Ergi. Sambil menangis Tita pergi meningggalkan Fara. Tita tidak habis fikir kalau Fara setega itu dengan Tita. Tita ingat waktu dulu jadian dengan Ergi, Tita minta maaf ke Fara sampai jungkir balik. Waktu itu Tita dimaafkan, tapi hubungan mereka nggak pernah seakrab dulu lagi. Tita sudah menunggu 10 menit setelah bel pulang sekolah berbunyi. Kemudian datanglah seseorang anak kelas 3 yang berjalan menghampiri Tita. Cowok tersebut bernama Angga. Ia ingin mengajak Tita jalan. Tetapi Tita tidak bisa karena ia sudah ada janji dengan Ergi. Mendengar hal tersebut, wajah Angga tampak murung. Lalu ia turun ke bawah bersama Tita.
Saat di gerbang sekolah, Tita melihat segerombolan anak perempuan kelas 3. Ternyata mereka mengerumuni Adit. Adit yang melihat Tita lalu memanggilnya dan menghampirinya.  Kemudian Adit mengajak Tita pergi dari tempat kerumunan tersebut. Kemudian Adit dan Tita bertemu dengan Uni. Uni lalu mengajak untuk pergi ke kantin. Tetapi Tita tidak mau dan ingin langsung pulang. Tita tidak tau bahwa supir yang biasa menyemputnya kali ini tidak ada, akhirnya Tita pulang bersama Adit. Adit saat menjemput Tita memakai mobil VW Beetle baru berwarna kuning. Saat di dalam mobil Tita dan Adit tidak berbicara sama sekali. Tiba-tiba mobil Adit berhenti di tengah jalan yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Tita. Adit menyuruh Tita untuk turun dan dan pulang sendiri karena Adit ada urusan penting. Dengan terpaksa Tita pulang jalan kaki karena Tita tidak pernah diberi uang lebih.
Adit kembali melanjutkan perjalanan menuju ke apartemen. Ia naik lift ke lantai 7 kamar nomor 20. Ia ingin bertemu dengan seseorang yakni mantan pacarnya dulu yang bernama Intan. Saat itu Intan tidak sendiri, ia bersama dengan seorang laki-laki yang usianya lebih muda daripada Intan. Kemudian laki-laki itu pergi meninggalkan mereka. Adit ingin meminta bantuan Intan untuk menjadi pacar bohongannya  saat double date nanti di acara kembang api. Tanpa berpikir panjang Intan membantu Adit. Bahkan ia juga mau kalau benar-benar menjadi pacar Adit lagi. Intan meminta imbalan atas pertolongannya tersebut.  Sesampainya dirumah, Tita marah-marah dengan Bi Ica karena kakinya sakit setelah jalan kaki. Tita lalu langsung ke kamarnya untuk tidur karena Tita sangat lelah.
Pada waktu sore hari, Tita meminta izin ke Mamanya untuk memperbolehkan Tita pergi ke acara kembang api yang diadakan hanya setahun sekali itu. Tita terus merengek agar dapat pergi ke acara tersebut. Bak seorang pahlawan, Adit menawarkan diri ke Mama Tita untuk menemani dan menjaga Tita di acara kembang api itu. Akhirnya Mama Tita mengizinkan Tita pergi bersama Adit. Tita lalu buru-buru ganti baju dan tampil secantik mungkin karena ini kencan pertama Tita dengan Ergi. Sesampainya di taman kota, Adit dan Tita sibuk mencari pacar-pacar mereka. Kemudian Intan datang menghampiri Adit. Tita sangat kagum dengan penampilan Intan yang begitu cantik. Kemudian Tita dan Intan berkenalan. Setelah beberapa saat, barulah Ergi datang dan menghampiri Tita. Kemudian Ergi berkenalan dengan Adit dan Intan. Adit terlihat sinis sejak kedatangan Ergi. Kemudian Tita menarik Adit dan mengajaknya bicara empat mata. Tita marah dengan sikap Adit yang terlihat sinis dan judes dengan Ergi karena ini kencan pertama Tita dengan Ergi, jadi Tita tidak ingin merusak suasana. Adit tidak menghiraukan perkataan Tita dan kembali menemui Intan.
 Adit mengajak Intan pergi jalan-jalan melihat bazar tanpa melirik Ergi sedikitpun. Intan lalu mengajak Tita dan Ergi ikut jalan-jalan. Tita, Ergi, Adit dan Intan berjalan-jalan melihat bazar sembari menunggu acara puncak kembang api. Intan mengeluh karena kakinya capek jalan-jalan. Kemudian Ergi menawarkan mengambil minum. Aditpun ikut-ikutan mengambil minum dengan wajah yang sinis. Saat Ergi dan Adit pergi, Intan dan Tita berbinca-bicang. Intan menanyakan sedekat apa Tita dengan Adit. Setelah Tita menjawab semua pertanyaan Intan, Intan menyimpulkan bahwa Adit menyukai Tita dan memberitahukannya pada Tita. Tetapi Tita masih tidak mengerti tentang semua perkataan Intan. Lalu Intan menceritakan panjang lebar tentang sikap Adit waktu pacaran dulu yang jauh berbeda dengan sekarang terhadap Tita. Tita lalu menanyakan sikap Adit yang sinis terhadap Ergi. Tetapi, Intan tidak menjawabnya.
Tita yang sudah menunggu lama minuman dari Ergi, akhirnya mengajak Intan untuk pergi mencari Adit dan Ergi. Kemudian Intan melihat keramaian yang tak jauh dari tempat ia berdiri. Intan dan Tita lalu menuju ke tempat tersebut untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata Intan melihat ada yang sedang berkelahi yang tidak lain adalah Ergi dan Adit. Mereka berdua sudah berlumuran darah dan babak belur. Kemudian Tita melerai perkelahian tersebut. Tita sangat marah dan kecewa terhadap sikap Adit kali ini karena sudah merusak kencan pertama Tita dan memukuli Ergi. Kemudian Tita menuju ke Ergi dan Intan menuju ke Adit untuk melihat keadaan pacar-pacarnya. Kemudian Ergi mengajak Tita untuk pulang. Baru beberapa langkah berjalan, Adit menarik lengan Ergi dan menonjoknya sambil berkata bahwa Jangan pernah menyentuh Tita lagi. Lalu Adit menarik tangan Tita dan membawanya lari dari kerumunan orang itu. Tita berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Adit tetapi tidak bisa.
Setelah sampai di tempat yang jauh dari kerumunan banyak orang, Adit baru melepaskan tangan Tita. Tita lalu marah-marah dan memukuli dada Adit sambil menangis. Kemudian Adit menggenggam tangan Tita dan meminta untuk tidak pulang sekarang dengan keadaannya yang babak belur seperti ini. Mendengar hal tersebut, Tita mengerti akan keadaan Adit saat ini. Tita lalu mengambilkan es batu untuk Adit untuk mengobati luka memarnya agar tidak membengkak. Setelah semuanya tenang, Tita lalu menanyakan penyebab Adit memukul Ergi. Kemudian Adit menjelaskan kalau Ergi berselingkuh dengan perempuan lain. Ternyata yang Adit lihat laki-laki yang ada di apartemen Intan tadi siang adalah Adit. Sesaat, Tita terdiam setelah mendengar penjelasan Adit. Tita teringat akan kejadian saat Tita melihat Ergi bersama seseorang di mall. Kemudian Tita menangis dan memeluk Adit. Kemudian Adit menasehati Tita yang dapat membuat Tita sedikit tenang. Kemudian Tita menanyakan perkelahian tadi untuk membela siapa. Tetapi Adit gugup dan tidak bisa menjawab.
Tita menyesal karena semua ini salah Tita. Tita yang tidak pernah memberikan perhatian yang lebih pada Ergi, membuat Ergi pergi ke lain hati untuk mendapatkan perhatian. Tita tidak menyalahkan Ergi kalau Ergi selingkuh karena Tita memang tidak bisa membahagiakan Ergi. Tita telah rela apabila Tita putus dengan Ergi. Mendengar pengakuan Tita tersebut Adit sangat setuju dan mendukung kalau Tita putus dengan Ergi. Disaat itu suara kembang api sudah terdengar. Lalu Adit dan Tita menyaksikan acara kembang api tersebut . Lalu setelah itu Adit menawarkan untuk mentraktir nonton karena telah memukuli pacar Tita. Lalu Tita menyetujuinya.
Keesokan harinya, Tita menceritakan semua kejadian tadi malam kepada Nanda. Dengan antusias Nanda mendengarkannya. Tiba-tiba Fara masuk dalam kelas. Tita lalu menghampiri Fara untuk meminta maaf atas tuduhannya waktu itu. Fara kemudian menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara dia dengan Ergi. Tita sangat berterima kasih kepada Fara karena sudah mau membantunya. Kemudian Ergi tiba-tiba muncul. Lalu Tita menghampiri Ergi dan Tita meminta putus. Sepulang sekolah, Tita menagis dikamarnya. Kamar Tita sudah seperti kapal pecah karena tisu berserakan dimana-mana. Kemudian Tita pindah ke kamar Adit untuk tidur karena kamar Tita yang berantakan dan tidak nyaman. Kamar Adit yang jauh lebih nyaman membuat Tita tidur dengan nyenyak.
Beberapa jam kemudian Tita terbangun. Dengan berat Tita membuka matanya. Kelopak matanya terasa berat sekali seperti digantungi oleh karung beras. Penglihatannya menjadi kabur. Mungkin karena terlalu banyak menangis. Tita kemudian duduk di tempat tidur Adit, berusaha mengembalikan pengelihatannya. Kepalanya masih terasa sedikit pusing. Tiba-tiba Tita mendengar suara aneh di ruangan tersebut. Ternyata Tita tidak sendirian. Adit tidur di sofa kamar. Ia tidur dengan nyenyak sekali. Karena Tita tertidur di tempat tidurnya, Adit terpaksa tidur di sofa. Tita lalu menghampiri Adit. Tita teringat niatnya untuk curhat dengan Adit. Kemudian Tita menagis dan meneteskan air mata ke wajah Adit. Aditpun terbangun dan marah-marah. Kemudian Tita curhat dengan Adit kalau Tita putus dengan Ergi. Tetapi Tita bingung, Tita ingin balikan dengan Ergi lagi. Lalu Adit dengan sigap mengatakan jangan. Adit menasehati Tita panjang lebar agar tidak balikan dengan Ergi.
Untuk menghibur diri, Tita menagih janji Adit untuk mentraktir Tita nonton dan makan pada hari minggu.  Kemudian Tita menanyakan perempuan yang bersama Adit di foto yang terdapat di kamar Adit. Adit menjelaskan bahwa itu dalah Mamanya. Mama Adit meninggal saat kecelakaan mobil bersama Papanya. Foto tersebut diambil satu minggu sebelum kecelakaan. Papa dan Mama Adit sudah bercerai waktu itu. Saat Adit menjelaskan tentang Mamanya, tiba-tiba HP Adit berbunyi. Adit kemudian mengambilnya. Tita lalu menanyakan siapa yang mentelpon, ternyata yang mentelpon adalah Uni. Kemudian Adit mentelpon Uni dan menyuruh Tita untuk keluar. Sepulang sekolah, Tita dan Nanda mengajak Uni untuk creambath di salon. Tetapi Uni tidak bisa karena dia sudah ada janji dengan Adit untuk pergi nonton. Mendengar har tersebut, Tita menjadi cemburu terhadap Uni.  Saat melihat Adit menjemput Uni, Tita menjadi semakin cemburu terhadap mereka.
Hari minggu yng ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Akhirnya Tita ditraktir Adit makan dan nonton. Adit menyuruh Tita untuk buru-buru menghabiskan makanannya karena takut kehabisan tiket nonton. Saat sampai di loket, Tita dan Adit berdebat untuk memilih film yang akab di tonton. Tita menginginkan film Chicken Run dan Adit menginginkan film Asterix. Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang akhirnya film kesukaan Adit yang akan ditonton, Asterix. Adit dan Tita lalu duduk di bangku samping kanan baris 4 paling belakang. Saat menunggu filmnya mulai, Tita tiba-tiba melihat Ergi. Kemudian Adit menyuruh Tita untuk berpura-pura menjadi pacar Adit. Tita menurut saja karena Tita tidak tau harus bicara apa dengan Ergi. Disaat-saat seperti itu, tiba-tiba Uni mentelpon Adit dan Aditpun meninggalkan Tita sendirian bersama Ergi. Kemudian Ergi menanyakan surat yang diberikannya waktu itu. Ergi selama seminggu yang lalu sering memberikan surat kepada Tita untuk meminta balikan. Tetapi Tita tidak menjawabnya sama sekali. Kali ini Tita bingung harus menjawab apa. Tiba-tiba Intan datang menghampiri Ergi. Tita lega karena Tita tidak jadi menjawab pertanyaan Ergi.
Saat Ergi pergi membelikan minuman untuk Intan, Intan menanyakan pula tentang surat-surat dari Ergi tersebut. Ternyata semua surat yang diberikannya pada Tita adalah buatan Intan, bukan Ergi. Setelah mendengarkan penjelasan Intan yang ternyata Ergi tidak bisa apa-apa, Tita semakin yakin kalau Tita tidak akan balikan dengan Ergi. Setelah itu, Intan juga menanyakan kelanjutan hubungan Tita dengan Adit. Kemudian Tita menjelaskan secara panjang lebar tentang masa lalu Adit bersama Mamanya. Setelah selasai menceritakan tentang Mama Adit, Tita lalu masuk ke studio karena filmnya telah diputar. Kemudian disusul Adit yang masuk ke dalam. Setelah di dalam, Tita marah-marah dengan Adit karena tadi Tita ditinggal sendirian. Adit menghiraukan omelan Tita dan beranjak untuk membeli cemilan untuk dirinya sendiri. Adit meninggalkan jaketnya di kursi.
Tita penasaran dengan isi dompet Adit, lalu Tita membukanya. Tita melihat sebuah tiket pesawat dengan jadwal keberangkatan besok.  Setelah itu Tita mengembalikan dompetnya ke jaket dengan rapi. Setelah Adit kembali, Tita menanyakan kepada Adit tentang tiket tersebut. Kemudian Adit marah-marah karena Tita membuka dompet Adit dan melihat isinya. Karena berisik, Adit dan Tita dimarahi oleh orang yang berada di belakang tempat duduk mereka. Adit dan Tita tidak sadar kalau filmna sudah dimulai. Adit melihat film tersebut dengan seksama. Sesekali Adit bertanya jam pada Tita. Adit seperti orang yang sedang gelisah memikirkan sesuatu. Beberapa saat kemudian, Adit engajak Tita untuk buru-buru pulang. Adit ingin mengemasi barang-barangnya untuk dibawa pulang. Akhirnya Tita dan Aditpun pulang.
Sesampainya di rumah Tita mentelpon Nanda tentang peristiwa yang dialaminya tadi. Tita mengaku kalau Tita benar-benar suka dengan Adit kali ini. Saat mendengar kalau Adit akan pulang ke Perancis besok, Nanda cepat-cepat menyuruh Tita untuk menyatakannya pada Adit. Belum sampai 5 menit Tita berfikir bagaimana cara menyatakannya, Nanda sudah kembali mentelpon Tita kembali. Saat Tita akan ke atas, Tita bertemu dengan Bi Ica. Kemudian Tita menanyakan keadaan Adit. Bi Ica menjawab kalau Adit berterima kasih karena sudah membantunya dan memuji masakan Bi Ica. Kemudian Tita menyuruh Bi Ica untuk membuatkan susu coklat kesukaan Tita. Setelah itu Mama Tita telpon  ke rumah untuk menyuruh Adit agar cepat-cepat berangkat ke bandara diantar sopir. Kemudian Tita menuju ke kamar Adit, tetapi Adit tidak ada di kamarnya. Kemudian Tita mencari adit kesemua  ruangan, tetapi tetap tidak ada. Kemudia Tita akhirnya masuk ke kamar Tita sendiri, ternyata Adit sudah ada di dalam dan menunggu Tita dari tadi. Tita kecewa pada Adit karena Tita tidak diberitahu kalau Adit pulang hari ini dan bukan besok. Tita menangis dan sedih, tetapi Adit hanya diam dan memandangi Tita dengan lembut. Kemudian Tita menyampaikan pesan Mama kepada Adit. Adit menyuruh Tita untuk ikut ke bandara mengantar Adit. Lalu tita ganti baju. Tita tidak lupa membawa tisu untuk berjaga-jaga. Setelah selesai Tita menyusul Adit ke bawah yang sudah menunggu di depan mobil. Setelah semua sudah siap, Adit dan Tita berangkat ke bandara.
Saat di dalam mobil, Tita diam saja. Lalu Adit bicara pada Tita untuk memperenak suasana. Adit berpesan bahwa Tita tidak boleh balikan dengan Ergi dan juga kalau Tita ingin curhat, Tita bisa curhat dengan Uni dan Alan. Lalu pak sopir menyalakan radio kesukaan Tita. Baru beberapa detik memutar radio, Tita sudah dikagetkan dengan suara seseorang yang tita sangat kenal yakni Ananda. Nanda membongkar rahasia Tita tentang Adit. Mulai dari Tita suka dengan Adit, Ergi yang berselingkuh dengan mantan pacar Adit sampai Tita yang cemburu pada Uni yang pacar Adit. Tita masih tidak mengaku kalau yang dibicarakan di radio itu Tita dan Adit. Tita berusaha untuk menutup-nutupi dan menyangka semua kecurigaan Adit. Tiba-tiba HP Adit berbunyi, dan yang telpon Adit di saat-saat yang tidak tepat pasti Uni. Uni membicarakan tentang Nanda yang baru telpon di radio tadi.  Setelah selesai, Adit dan Tita akhirnya sampai di bandara.
Adit yang kelaparan memutuskan untuk makan terlebih dulu di McD. Adit menawari Tita makanan, tetapi Tita tidak mau makan. Tita hanya melihati Adit makan dengan lahapnya. Saat makan, HP Adit berbunyi. Adit menyuruh Tita untuk mengangkatnya. Ternyata yang menghubunginya adalah Mama Tita. Mama menyuruh Tita untuk menemui mamanya di depan Dunkin’ Donut. Akhirnya Tita menuju kesana. Setelah bertemu Mama Tita, Alan disuruh ikut dengan Tita kembali ke tempai Adit uuntuk membawakan koper dan menyuruh Adit untuk cepat-cepat karena Om Reza akan segera berangkat. Saat menuju tempat Adit, Alan melontarkan berbagai macam pertanyaan kepada Tita tentang kedekatannya dengan Adit. Setelah mengintrogasi Tita, Alan yang melihat Pak Udin membantu membawakan koper Adit. Sedangkan Tita disuruh Alan untuk memanggil Adit. Saat Tita akan memanggil Adit, ucapan Tita terhenti ketika melihat seseorang perempuan yang duduk bersama Adit. Saat Adit melihat Tita, Adit lalu memanggil Tita dan perempuan tersebut pun ikut menoleh. Ternyata perempuan tersebut adalah Uni.
Tita yang melihat Uni berada di bandara, semakin kesal dan sebal. Tita menuju ke tempat Adit dan Uni sambil marah-marah sendiri. Setelah bertemu, Uni menanyakan tanggapan Tita tentang pernyataan Nanda saat telpon di radio tadi. Tita menjadi salah tingkah mencari alasan untuk menjawab pertanyaan Uni. Setellah itu, Tita menyuruh memberitahukan ke Adit kalau Om Reza akan segera berangkat. Setelah Uni marah dan buru-buru pulang karena janji Adit untuk Uni belum ditepati dan menunggu Adit datang ke Indonesia lagi untuk menepati janjinya. Kemudian Ait berlari mengejar Uni. Melihat kejadian tersebut, Tita serasa ingin pingsan. Setelah Adit kembali, ia mengajak Tita untuk segera pergi ke tempat Om Reza. Kemudian Mama dan Papa Tita pulang duluan karena ada undangan penting. Tita merengek untuk tetap di bandara mengantarkan Adit sampai benar-benar naik pesawat. Om Reza yang sedang menerima telpon lalu menjauh kari tempat Adit dan Tita karena di situ sangat berisik dan ramai banyak orang. Tita mulai sedih karena tidak rela kalau Adit meninggalkannya disaat Tita mulai menyukai Adit. Adit lalu memeluk Tita untuk menenangkan hati Tita.
Kemudian Adit mengantarkan Tita tempat parkir mobil untuk memastikan Tita pulang. Sebelum pulang, Tita mencoba menggoda Adit kalau Tita mempunyai rencana ingin balikan dengan Ergi. Adit menjadi gelisah dan bertengkar dengan Tita, karena ia tidak ingin kalau Tita balikan dengan Ergi. Disaat-saat terakhir, Tita baru mulai menagis. Adit kebingungan melihat Tita menangis karena ia takut kalau orang-orang melihatnya dikira Adit melakukan sesuatu yang tidak baik pada Tita. Tita semakin keras menangis karena Tita dibentak oleh Adit. Tita menangis sambil memarah-marahi Adit. Spontan, Adit langsung memeluk Tita dengan erat dan meminta maaf kepada Tita dengan nada yang lembut. Setelah dipeluk oleh Adit, Tita sudah berhenti menangis dan mulai tenang. Disaat-saat seperti itu, tiba-tiba Ergi datang. Ia mengira kalau Tita akan pergi ke Perancis bersama Adit. Kali ini Adit benar-benar pergi meninggalkan Tita. Setelah itu, Tita pulang bersama sopir. Sebelumnya Adit telah menitipkan makanan untuk Tita pada sopir Tita. Karena kelaparan, Tita langsung menyantap makanan tersebut dengan lahapnya. Tita menghabiskan semua makanan yang diberikan Adit.
Keesokan harinya Tita menceritakan semua peristiwa yang terjadi saat di bandara kepada Nanda saat waktu istirahat di kantin. Lalu Fara dartang menghampiri Tita dan Nanda dan menyampaikan pesan dari anak kelas 3 kalau Tita sedang ditaksir seseorang bernama Angga. Fara dan Nanda menghibur Tita yang sedang sedih karena ditinggal Adit. Fara dan Nanda merekomendasikan Angga untuk pengganti Adit. Tapi, Tita tetap saja lebih memilih Adit.
Sepulang sekolah, Tita langsung ke kamarnya dan menangis seperti waktu itu di kamarnya. Kemudian, Alan masuk ke kamar Tita.Alan bertanya pata Tita antara seorang kakak pada adiknya. Alan menanyakan tentang perasaan Tita pada Adit. Adit juga menceritakan bahwa dulu Adit adalah teman masa kecil Tita dan pernah tinggal bersama keluarga Tita. Saat Alan membuka pintu kamar dan ingin keluar, ia berpapasan dengan Uni. Uni datang ke rumah Tita. Uni menceritakan semua ke Tita antara Uni dan Adit. Sebenarnya Uni berniat mencomblangkan Tita dengan Adit. Saat mendengar hal tersebut, Tita sedikit kecewa karena Uni dan Adit berbohong pada Tita. Tetapi Tita terlanjur senang karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.
Sudah beberapa bulan Adit meninggalkan Tita, 3 bulan pertamanya Adit masih sering memberi tahukan kabarnya kepada Tita lewat perantara Uni. Selama 3 bulan itu juga, Tita juga dekat dengan Angga. Awalnya Angga suka pada Tita, tapi Tita terus menolaknya. Angga kini menjadi sahabat sekaligus teman curhat Tita. Tita sering curhat tentang Adit pada Angga. Tapi bulan-bulan berikutnya, Adit tak lagi memberi kabar kepada Tita.
suatu hari disaat teman teman Tita asyik karya wisata ke Bali, orang tuanya memutuskan untuk pergi berkunjung ke Perancis alias ke rumah om Reza, papa Adit. Tita menjadi bosan dirumah karena ditinggal orang tua serta teman-temannya. Karena Mama Tita tidak mengizinkan Tita untuk ikut karya wisata ke Bali. Beberapa hari sebelum valentine, Tita dan Alan dikirimi tiket pesawat oleh bunda yang sudah duluan ke Perancis. Mendengar hal itu, Tita kembali bersemangat. Apalagi saat mendengar kalau Adit yang akan menjemput mereka dibandara. Namun setelah melewati perjalanan yang melelahkan, betapa kecewanya Tita saat mengetahui yang menjemputnya bukanlah Adit, melainkan supir pribadinya om Reza. Saat tiba dirumah Adit, betapa bahagianya dia saat melihat ratusan bunga mawar putih menghiasi kamar tidur dan kasurnya. Adit lah yang menghias semua itu untuk Tita.  Dan yang membuat Tita tambah bahagia, Adit menyelipkan selembar foto mereka saat kecil diantara ratusan mawar putih yang ada dimeja samping tempat tidur Tita. Dibelakang foto itu terdapat tulisan "I Love You". Akhirnya Tita sadar kalau Adit sudah menyukainya sejak kecil.
Malamnya, Adit mengajak Tita makan malam disalah satu restaurant di Paris, namun karena rengekan Tita, mereka membatalkan acara makan malam itu dan pergi ke menara Eiffel, sesuai permintaan Tita. Adit mengajak tita duduk bangku taman di dekat menara . Dibawah menara Eiffel, Tita dan Adit saling mengungkapkan perasaan cinta mereka. Adit merangkai sekuntum bunga yang dijadikan cincin tunangan untuk Tita. Yang mengetahui Adit dan Tita tunangan adalah Alan, Uni, Ananda, Angga dan Fara. Adit pulang ke Jakarta setiap liburan semester. Tepat 1 tahun mereka tunangan, Adit mengganti cincin rangkaian bunga dengan cincin berlian asli. Adit juga mengakui kebohongannya selama ini tentang  perjodohan mereka. Sejak awal mereka tidak dijodohkan, itu semua hanya karangan Adit agar Tita bisa menjadi pasangannya suatu hari nanti dan itu terwujud sekarang. Walaupun rencana untuk dijodohin ngga ada, tetapi Om Reza, Mama dan Papa tetap membiarkan Tita jalan dengan Adit dan merestui hubungan mereka